Rabu, 19 Februari 2014

TUGAS KELOMPOK APK 1 (Kelompok 3)



KELOMPOK 3
Villa Mahligai S 1102130102
Roni Komarul H 1102130103
Satria Regi Guntara 1102130104
Vito Pradana P 1102130105
Reyhan Rhesadewana 1102130106
TI-37-05


Jelaskan tentang Scientific Management!

Scientific management atau dalam Bahasa Indonesia disebut dengan manajemen ilmiah, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management pada tahun 1911. Beliau mendeskripsikan bahwa manajemen ilmiah adalah penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.
Adapun ciri - ciri manajemen ilmiah atau modern adalah sebagai berikut :
  • Menggunakan cara kerja keilmuan dan prinsip - prinsip keilmuan sebagai hasil percobaan dan penyelidikan yang ilmiah pula.
  • Terdapat nasionalisasi yaitu bekerja berdasarkan perhitungan - perhitungan atau pemikiran yang cermat dan teliti, jadi meninggalkan cara kerja trial and error.
  • Terdapat standarisasi yaitu bekerja berdasarkan ukuran - ukuran ( standar - standar ) tertentu, baik dalam cara kerja, waktu yang digunakan, maupun hasil produksi yang diharapkan.
  •  Terjadi peningkatan produktivitas sebagai hasil kerja yang efektif dan efisien 
  • Cara kerja dan hasil kerjanya dapat mengikuti dan memenuhi tuntutan kebutuhan jaman yang makin meningkat
Ide tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Frederick Winslow Taylor merasa kurang puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang berbeda untuk pekerjaan yang sama, nyaris tak ada standar kerja di sana. Selain itu, para pekerja cenderung menganggap remeh pekerjaannya. Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga dari yang seharusnya yang bisa mereka lakukan. Taylor kemudian selama 20 tahun, berusaha keras mengoreksi dan meneliti keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk menemukan teknik paling baik dalam menyelesaikan tiap-tiap pekerjaan tersebut.

Berdasarkan pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:
  1. Kembangkanlah suatu ilmu untuk setiap unsur pekerjaan seseorang yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan. 
  2. Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut. 
  3. Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untuk menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi. 
  4. Bagi pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.

Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut. Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan dapat diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi yang mereka dapat dari pengamatan terhadap cara penyusunan batu bata untuk memberi nama tujuh belas gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang mereka sebut Therbligs. Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja. Melalui penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata jauh lebih sedikit dan singkat.. Teori ini memikirkan bagaimana membuat manusia bekerja sesuai dengan target yang diharapkan perusahaan namun tetap menggunakan teknik yang terbaik sehingga tidak ada tenaga yang terbuang percuma.

Mengapa sistem kerja perlu dirancang dengan baik?


Sebuah sistem kerja perlu dirancang dengan baik karena agar dapat menunjang tujuan yang ingin dicapai perusahaan serta bertujuan agar dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi bagi perusahaan, serta aman, sehat, dan nyaman bagi pekerja. Tentunya rancangan sistem kerja yang baik akan mempengaruhi performansi dan kenyamanan operator/pekerja. Dan apabila pekerja merasa nyaman dengan sistem tersebut, maka dia dapat bekerja lebih optimal sehingga produktivitas dari para pekerja pun meningkat.

Adapun yang perlu dirancang dari suatu sistem kerja ini adalah objek dari sistem kerja tersebut. Karena operator tidak bisa dieksplor lebih, rancangan dari sistemlah yang akan mengikuti/menyesuaikan pekerja agar menjadi ergonomic dan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pekerja. Cara merancang sebuah sistem kerja yang baik salah satunya yaitu dengan atau merancang objek mengikuti bentuk atau sesuai kenyamanan pekerja secara umum. Rancangan dibuat berdasarkan dimensi tubuh manusia karena manusia memiliki sifat dan kemampuan yang terbatas.

 Dokumentasi Kelompok

Hari/Tanggal             :  Selasa, 18 Februari 2014
Waktu                      :  Pukul 08.00 – 10.00 WIB
Tempat                    :  Edu Gazebo Gedung A


 



 


1 komentar: